KOMUNIKASI
MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU
Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa bisa juga
diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar heterogen dan anonym melalui media cetak atau media eletronik sehingga
pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat. Melalui
komunikasi massa kita dapat mengetahui informasi secara cepat dan up to
date dan melalui komunikasi massa
terutama media internet dunia serasa lebih dekat dan tidak ada alasan kita
untuk tidak mengetahui informasi.
James Potter mengatakan, kini manusia hidup dalam dua dunia,
yaitu dunia nyata dan dunia media. Demikian dekatnya media massa dengan
kehidupan masyarakat kini hingga banyak ahli mengatakan bahwa kini diperlukan
kemampuan melek media (media literacy), yakni “ the ability to interpret mindfully the positive and negative
meanings and effects of the media messages you encounter instead of acceping
unquestioningly the images presented in those messages” (Gamble
& Gamble)
SISTEM
KOMUNIKASI MASSA DAN KHALAYAK
Komunikasi massa secara sederhana didefinisikan sebagai
komunikasi yang di lakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah orang.
Dengan demikian, peran media massa sepagai penyampai pesan sekaligis sumber
informasi bagi penerima pesan (khalayak) sangatlah penting.
PRINSIP-PRINSIP
DASAR MEDIA MASSA:
A. SISTEM
KOMUNIKASI MASSA
DeFleur dan Dennis
melihat komunikasi massa sebagai proses . Menurut mereka, terdapat lima tahap
membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut:
1.
Pesan komunikasi diformulasikan oleh komunikator-komunikator profesonal.
2.
Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara yang relative cepat dan berkelanjutan
melalui penggunaan media.
3. Pesan tersebutmencapai
khalayak yang besar dan beragamyang memilih media dengan selektif.
4.
Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebut dengan cara
sedemikian rupa sehingga merka memahami makna yang kurang lebihsejajar dengan
yang di maksutkan komunikator.
5. Sebagai hasil
dari pengalaman member makna ini, para anggota khalayakdipengaruhi dalam cara
tertentuatau dengan kata lain, komunikasi tersebut memeberi pengaruh lain.
Komunikator
Profesional
Pesan-pesan yang
diperoleh individu diolah oleh para spesialis yang bekerja di salah satu bagian
dari industri komunikasi, wartawan, editor, produser, sutradara, pemusik, dan
sebagainya. Mereka tidak mengenal khalayak satu persatu.
Gamble & Gamble
menyebutkan karakteristik komunikasi massa sebagai berikut:
1.
Mencapai khalayak yang banyak dan tidak di ketahui secara personaloleh
pengirimnya.
2.
Khalayak heterogen (beragam)
3.
Menggunakan medium / alat tertentu
4.
Pesan yang di bawanya bersifat public
5.
Pengirimnya adalah organisasi formal; pesan bukan di hasilkan oleh perorangan.
6. Dokontrol oleh
banyak Gatekeepers. Para Gatekeeper (seperti editor
atau redaktur) menyeleksi isis media yang akan disajikan kepada khalayak.
Mereka yang mengolah isi pesan sedemikian rupa sebelum akhinya muncul media
untuk komunikasi khlayak.
Menurut Gamble &
Gamble, komunikasi massa adalah “the process of transmitting massages that
may ne processed by gatekeepers before being transmitted to large audience via
a chanel of broad diffusion, such as print, an audio, or a visual medium”.
Joseph R. Dominick
mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana organisasi yang
kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin
memproduksi dan
mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.
Jalaludding Rahmat merangkum: Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditunjukan kepada
sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau
elektronik sehingga pesan yang sama dapat di terima secara serentak dan sesaat.
B.
PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI TATAP MUKA
Perbeadaan ini datang dari DeFleur dan Dennis. Menurut mereka,
perbedaan terjadi dalam hal komunikasi menggunakan media, konsekkuensi
mempunyai khalayak luas dan beragam serta pengaruh social dan cultural.
1. konsekuensi menggunakan media
2. konsekuensi mempunyai khalayak luas dan beragam
3. pengaruh social dan kultural
Secara teknis, ada perbedaan apabila system komunikasi massa
di perbandingkan dengan system komunikasi interpersonal. Menurut Elizabeth Noelle-Neuman,
terdapat empat tanda pokok dari komunikasi massa yang tidak terdapat pada
komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi massa:
a.
Bersifat tidak langsung (harus melewati media teknis)
b.
Bersifat searah ( tidak ada interaksi di antara peserta komunikasi/komunikan);
c.
Bersifat terbuka ( ditunjukan pada public yang tidak terbatas dan anonim);
d. Memiliki publik
yang tersebar secara geografis.
Adanya teknis ini menyebabkan system komunikasi massa memiliki
karakter psikologis yang khas jika di bandingkan dengan system komunikasi interpersonal.
Hal ini Nampak pada:
a. pengendalian arus informasi
b. umpan balik
c. stimulasi alat indra
d. proporsi unsur isi dengan unsur hubungan
C. KHALAYAK
1. Situasi konsumsi/pengguna media
2. Pola pengguna media oleh individu
menurut Jeffres, perbedaan ini dapat dilihat dari dua
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan kategori social
2. Pendekatan uses and gratifications
Pendekatan ini
datang dari Elihu Katz, Jay G, Blurniet, dan Michael Gurevitoh (1974).
Asumsi-asumsi dasar dari pendekatan uses and gratifications, meliputi
berikut ini.
1)
Khalayak di anggap aktif.
2)
Dalam komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan
pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3)
Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untukmemuaskan kebutuhan
khlayak. Kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media dan sangat bergantung
pada prilaku khalayakyang bersangkutan.
4)
Banyak tujuan memilih media massa di simpulkan dari data yang di berikan
anggota khlayak, artinya orang dianggap cukup mengrti untuk melapotkan
kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5) Penilain tantang
anti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum orientasi khalayak
diteliti lebih dahuli.
Katz, Guriviteh, dan
Haas (1973) mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan
media.
1)
Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk mengerti.
2)
Kebutuhan afektif, untuk memperkuat pengalaman emosional.
3)
Kebutuhan intergratif, untuk memperkuat kepercayaan diri, kredibilitas, dan
stabilisasi diri.
4)
Kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.
5) Kebutuhan untuk
melepaskan ketegangan.
William ,McGuire
(1974) menyebutkan ada 16 motif yang mendorong orang menggunakan media. Secara
umum, motif di kelompokan dalam motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan)
dan motif afektif (berhubunagan dengan perasaan)
1. Motif kognitif
2. Motif afektif
3. Reaksi khalayak
terhadap media
EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU
Menurut Steven
Chaffe ada tiga pendekatan dalam melihat efek media massa, yaitu sebagai
berikut:
1.
Pendekatan yang pertama ialah kita cenderung melihat efek media massa, baik
yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri
2.
Pendekatan yang kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri
khalayak komunikasi massa. Perubahan ini meliputi perubahan kognitif (penerima
informasi), perubahan efektif (perubahan perasaan atau sikap), dan perubahan behavioral
(perubahan prilaku).
3. Pendekatan yang
ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, meliputi
individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.
A. EFEK KEHADIRAN MEDIA MASSA (SECARA FISIK)
Steven Chaffe
menyebutkan ada lima efek media massa dari kehadirannya, yaitu sebagai berikut:
1. efek ekonomis
2. efek social
3. efek penjadwalan
kembali kegiatan sehari-hari
4. efek pada
penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
5. efek pada
perasaan orang terhadap media
B. EFEK PESAN MEDIA MASSA
1. efek kognitif
Media massa juga
berperan dalam menyampaikan pengetahuan, keteramipilan, dan nilai-bilai yang
baik. Dengan kata lain, media massa dapat memberikan manfaat yang di kehendaki
masyarakat. Hal inilah yang disebut efek prososial. Misalnya, film seri sesame
street terbukti di Amerika berpengaruh sangat baikpada anak-anak yang
menontonnya. Penelitian menunjukan bahwa anak yang senang menonton acara ini
saja memiliki tingkat pengetahuan lebih baik (di bawah kita akan lihat film ini
juga berpengaruh baik pada sikap).
2. efek afektif
Joseph Klapper
mengatakan, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh
madia massa dapat di simpulkanpada lima prinsip umum:
1.
Pengaruh komunikasi siantarai oleh prediposisi personal, proses selektif, dan
keanggotaan kelompok (factor personal).
2. Factor-faktor
tadi membuat komunikasi massa berfungsi untuk memperkoh sikap dan pendapat yang
ada selain itu juga berfungsi sebagai media pengubah.
3.
Apabila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas
sikap lebih umum terjadi pada “konversi” dari satu sisi ke sisi yang lain
4.
Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang di mana
pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
5.
Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah-masalah baru apabila tidak ada dredisposisi yang harus diperteguh.
Para peneliti
menemukan factor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan
mesia massa. Factor-faktor itu adalah sebagai berikut.
1.
Suasan emosional (mood), yakni kondisi secara psikologis yang ada ketika
ia mengonsumsi media massa.
2.
Suasana kognitif, yakni gambaran dalam pikiran kita sendiri yang menjelaskan
suatu peristiwa yamg terdapat di media massa.
3.
Suasana terpaan (setteing exposure), yakni bentuk emosi yang
“ditularkan” oleh individu lain atau objek tertentu ketika kita mengonsumsi
media massa.
4.
Predisposisi individual, yakni karakteristik khas individu.
5. Tingkat
idenfikasi khlayak dengan tokoh dalam media massa (menunjukan sejauh mana orang
merasa terlibat dengan tokoh yang di tampilkan media massa).
Victor B. Kline,
seorang psikiater yang menangani banyak pasien yang mengalami masalah akibat
keterlibatan mereka dalam mengonsumsi pornografi, menyebutkan bahwa ada
tahap-tahap efek pornografi yang dijalani mereka akan menjadi konsumen
pornografi. Tahapan-tahapan ini menunjukan bahwa pornografimemiliki efek
berjangka panjang bagi konsumennya.
1.
Tahap addiction (kecanduan). Sekali seorang menyukai materi pornografi,
ia akan mengalami ketagiahan. Jika yang bersangkutan tidak mengonsumsi
pernografi maka ia akan mengalami “kegelisahan”. Ini bahkan dapat terjadi pada
pria berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.
2.
Tahap eskalasi. Setelah sekian lama mengonsumsi media porno, selanjutnya ia
akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya, seseorang akan membutuhkan materi
sexsual yang lebih eksplisit, lebih sensasional, lebih “menyimpang” dari yang
sebelumnya sudah ia konsumsi.
3.
Tahap desensilitazion (desentisiasi/hilannya kepekaan perasaan). Pada
tahap ini, materi yang tabu, immoral atau mengejutkan pelan-pelan akan menjadi
suatu yang biasa . pengonsumsi pornografi bahkan menjadi cenderung tidak
sensitive terhadap korban kekerasan seksual.
4. Tahap act out.
Pada tahap ini, seorang pecendu pornografi akan meniru atau menerapkan perilaku
seks uang selama ini ia tonton di media.
Tahapan-tahapan
ini menunjukan bahwa tingkat sampai tingkat behavior (prilaku).
3. efek behavioral
efek behavioral
mengacu pada prilaku khalayak, pada tindakan dan gerakan yang tampak pada
kehidupan sehari-hari meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan
berprilaku.
Joseph R. Dominick
dalam ulasannya terhadap studi-studi efek, menunjukan ada tiga wilayah
prososial yang memperoleh banyak perhatianpenelitian, yaitu:
1. Efek terapik (Therapeutic Effect)
2. Pengembangan
kendali diri
3. Kerjasama,
membagi, dan membantu
C. MEDIA SEBAGAI AGEN SOSIALISASI
Untuk membentuk
sikap persepsi, kepercayaan, dan nilai dalam khalayak (terutama anak dan
remaja) tentu saja mudah. Namun, berbagai studi menunjukan bahwa media dapat
secara kuat berpengaruh terhadap studipembentukan hal-hal tersebut, seandainya
ada sejumlah factor beroprasi, seperti berikut ini.
1.
Gagasan, orang atau prilaku sama muncul secara konsisten dari program dan
disajikan dalam cara yang stereotipikal.
2.
Khalayak tersebut terekspos secara berat pada isi media.
3. Kahalayak
tersebut memiliki interaksi terbatas dengan orang tua atau agen-agen
sosialisasi lainnya dan tak memiliki rangkaian kepercayaan alternative yang
berfungsi sebagai standar yang dapat di gunakan untuk menilai kebenaran isi
media tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar