Sabtu, 01 Desember 2012

SYSTEM KOMUNIKASI MASSA



KOMUNIKASI MASSA DAN EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah besar orang. Komunikasi massa bisa juga diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media cetak atau media eletronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat. Melalui komunikasi massa kita dapat mengetahui informasi secara cepat dan up to date  dan melalui komunikasi massa terutama media internet dunia serasa lebih dekat dan tidak ada alasan kita untuk tidak mengetahui  informasi.
James Potter mengatakan, kini manusia hidup dalam dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia media. Demikian dekatnya media massa dengan kehidupan masyarakat kini hingga banyak ahli mengatakan bahwa kini diperlukan kemampuan melek media (media literacy), yakni “ the ability to interpret mindfully the positive and negative meanings and effects of the media messages you encounter instead of acceping unquestioningly the images presented in those messages” (Gamble & Gamble)

SISTEM KOMUNIKASI MASSA DAN KHALAYAK

Komunikasi massa secara sederhana didefinisikan sebagai komunikasi yang di lakukan dengan menggunakan media massa pada sejumlah orang. Dengan demikian, peran media massa sepagai penyampai pesan sekaligis sumber informasi bagi penerima pesan (khalayak) sangatlah penting.

PRINSIP-PRINSIP DASAR MEDIA MASSA:

A. SISTEM KOMUNIKASI MASSA

DeFleur dan Dennis melihat komunikasi massa sebagai proses . Menurut mereka, terdapat lima tahap membentuk proses komunikasi massa, yaitu sebagai berikut:

1. Pesan komunikasi diformulasikan oleh komunikator-komunikator profesonal.
2. Pesan komunikasi dikirimkan melalui cara yang relative cepat dan berkelanjutan melalui penggunaan media.
3. Pesan tersebutmencapai khalayak yang besar dan beragamyang memilih media dengan selektif.
4. Para anggota khalayak secara individual menafsirkan pesan tersebut dengan cara sedemikian rupa sehingga merka memahami makna yang kurang lebihsejajar dengan yang di maksutkan komunikator.
5. Sebagai hasil dari pengalaman member makna ini, para anggota khalayakdipengaruhi dalam cara tertentuatau dengan kata lain, komunikasi tersebut memeberi pengaruh lain.

Komunikator Profesional
Pesan-pesan yang diperoleh individu diolah oleh para spesialis yang bekerja di salah satu bagian dari industri komunikasi, wartawan, editor, produser, sutradara, pemusik, dan sebagainya. Mereka tidak mengenal khalayak satu persatu.

Gamble & Gamble menyebutkan karakteristik komunikasi massa sebagai berikut:
1. Mencapai khalayak yang banyak dan tidak di ketahui secara personaloleh pengirimnya.
2. Khalayak heterogen (beragam)
3. Menggunakan medium / alat tertentu
4. Pesan yang di bawanya bersifat public
5. Pengirimnya adalah organisasi formal; pesan bukan di hasilkan oleh perorangan.
6. Dokontrol oleh banyak Gatekeepers. Para Gatekeeper (seperti editor atau redaktur) menyeleksi isis media yang akan disajikan kepada khalayak. Mereka yang mengolah isi pesan sedemikian rupa sebelum akhinya muncul media untuk komunikasi khlayak.

Menurut Gamble & Gamble, komunikasi massa adalah “the process of transmitting massages that may ne processed by gatekeepers before being transmitted to large audience via a chanel of broad diffusion, such as print, an audio, or a visual medium”.

Joseph R. Dominick mendefinisikan komunikasi massa sebagai suatu proses di mana organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin
memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.

Jalaludding Rahmat merangkum: Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat di terima secara serentak dan sesaat.

B. PERBEDAAN KOMUNIKASI MASSA DAN KOMUNIKASI TATAP MUKA

Perbeadaan ini datang dari DeFleur dan Dennis. Menurut mereka, perbedaan terjadi dalam hal komunikasi menggunakan media, konsekkuensi mempunyai khalayak luas dan beragam serta pengaruh social dan cultural.
1. konsekuensi menggunakan media
2. konsekuensi mempunyai khalayak luas dan beragam
3. pengaruh social dan kultural
Secara teknis, ada perbedaan apabila system komunikasi massa di perbandingkan dengan system komunikasi interpersonal. Menurut Elizabeth Noelle-Neuman, terdapat empat tanda pokok dari komunikasi massa yang tidak terdapat pada komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi massa:
a. Bersifat tidak langsung (harus melewati media teknis)
b. Bersifat searah ( tidak ada interaksi di antara peserta komunikasi/komunikan);
c. Bersifat terbuka ( ditunjukan pada public yang tidak terbatas dan anonim);
d. Memiliki publik yang tersebar secara geografis.

Adanya teknis ini menyebabkan system komunikasi massa memiliki karakter psikologis yang khas jika di bandingkan dengan system komunikasi interpersonal. Hal ini Nampak pada:
a. pengendalian arus informasi
b. umpan balik
c. stimulasi alat indra
d. proporsi unsur isi dengan unsur hubungan

C. KHALAYAK

1. Situasi konsumsi/pengguna media
2. Pola pengguna media oleh individu
menurut Jeffres, perbedaan ini dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan kategori social
2. Pendekatan uses and gratifications
Pendekatan ini datang dari Elihu Katz, Jay G, Blurniet, dan Michael Gurevitoh (1974). Asumsi-asumsi dasar dari pendekatan uses and gratifications, meliputi berikut ini.

1) Khalayak di anggap aktif.
2) Dalam komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.
3) Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untukmemuaskan kebutuhan khlayak. Kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media dan sangat bergantung pada prilaku khalayakyang bersangkutan.
4) Banyak tujuan memilih media massa di simpulkan dari data yang di berikan anggota khlayak, artinya orang dianggap cukup mengrti untuk melapotkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5) Penilain tantang anti cultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum orientasi khalayak diteliti lebih dahuli.

Katz, Guriviteh, dan Haas (1973) mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan dalam hal penggunaan media.
1) Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan untuk mengerti.
2) Kebutuhan afektif, untuk memperkuat pengalaman emosional.
3) Kebutuhan intergratif, untuk memperkuat kepercayaan diri, kredibilitas, dan stabilisasi diri.
4) Kebutuhan untuk memperkuat kontak dengan keluarga, teman, dan dunia.
5) Kebutuhan untuk melepaskan ketegangan.

William ,McGuire (1974) menyebutkan ada 16 motif yang mendorong orang menggunakan media. Secara umum, motif di kelompokan dalam motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan motif afektif (berhubunagan dengan perasaan)
1. Motif kognitif
2. Motif afektif
3. Reaksi khalayak terhadap media


EFEK MEDIA TERHADAP INDIVIDU

Menurut Steven Chaffe ada tiga pendekatan dalam melihat efek media massa, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan yang pertama ialah kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri
2. Pendekatan yang kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Perubahan ini meliputi perubahan kognitif (penerima informasi), perubahan efektif (perubahan perasaan atau sikap), dan perubahan behavioral (perubahan prilaku).
3. Pendekatan yang ketiga meninjau satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, meliputi individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.

A. EFEK KEHADIRAN MEDIA MASSA (SECARA FISIK)
Steven Chaffe menyebutkan ada lima efek media massa dari kehadirannya, yaitu sebagai berikut:
1. efek ekonomis
2. efek social
3. efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari
4. efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
5. efek pada perasaan orang terhadap media

B. EFEK PESAN MEDIA MASSA
1. efek kognitif
Media massa juga berperan dalam menyampaikan pengetahuan, keteramipilan, dan nilai-bilai yang baik. Dengan kata lain, media massa dapat memberikan manfaat yang di kehendaki masyarakat. Hal inilah yang disebut efek prososial. Misalnya, film seri sesame street terbukti di Amerika berpengaruh sangat baikpada anak-anak yang menontonnya. Penelitian menunjukan bahwa anak yang senang menonton acara ini saja memiliki tingkat pengetahuan lebih baik (di bawah kita akan lihat film ini juga berpengaruh baik pada sikap).

2. efek afektif
Joseph Klapper mengatakan, dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, pengaruh madia massa dapat di simpulkanpada lima prinsip umum:
1. Pengaruh komunikasi siantarai oleh prediposisi personal, proses selektif, dan keanggotaan kelompok (factor personal).
2. Factor-faktor tadi membuat komunikasi massa berfungsi untuk memperkoh sikap dan pendapat yang ada selain itu juga berfungsi sebagai media pengubah.
3. Apabila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum terjadi pada “konversi” dari satu sisi ke sisi yang lain
4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang di mana pendapat orang lemah, misalnya pada iklan komersial.
5. Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru apabila tidak ada dredisposisi yang harus diperteguh.

Para peneliti menemukan factor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan mesia massa. Factor-faktor itu adalah sebagai berikut.
1. Suasan emosional (mood), yakni kondisi secara psikologis yang ada ketika ia mengonsumsi media massa.
2. Suasana kognitif, yakni gambaran dalam pikiran kita sendiri yang menjelaskan suatu peristiwa yamg terdapat di media massa.
3. Suasana terpaan (setteing exposure), yakni bentuk emosi yang “ditularkan” oleh individu lain atau objek tertentu ketika kita mengonsumsi media massa.
4. Predisposisi individual, yakni karakteristik khas individu.
5. Tingkat idenfikasi khlayak dengan tokoh dalam media massa (menunjukan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang di tampilkan media massa).

Victor B. Kline, seorang psikiater yang menangani banyak pasien yang mengalami masalah akibat keterlibatan mereka dalam mengonsumsi pornografi, menyebutkan bahwa ada tahap-tahap efek pornografi yang dijalani mereka akan menjadi konsumen pornografi. Tahapan-tahapan ini menunjukan bahwa pornografimemiliki efek berjangka panjang bagi konsumennya.
1. Tahap addiction (kecanduan). Sekali seorang menyukai materi pornografi, ia akan mengalami ketagiahan. Jika yang bersangkutan tidak mengonsumsi pernografi maka ia akan mengalami “kegelisahan”. Ini bahkan dapat terjadi pada pria berpendidikan atau pemeluk agama yang taat.
2. Tahap eskalasi. Setelah sekian lama mengonsumsi media porno, selanjutnya ia akan mengalami efek eskalasi. Akibatnya, seseorang akan membutuhkan materi sexsual yang lebih eksplisit, lebih sensasional, lebih “menyimpang” dari yang sebelumnya sudah ia konsumsi.
3. Tahap desensilitazion (desentisiasi/hilannya kepekaan perasaan). Pada tahap ini, materi yang tabu, immoral atau mengejutkan pelan-pelan akan menjadi suatu yang biasa . pengonsumsi pornografi bahkan menjadi cenderung tidak sensitive terhadap korban kekerasan seksual.
4. Tahap act out. Pada tahap ini, seorang pecendu pornografi akan meniru atau menerapkan perilaku seks uang selama ini ia tonton di media.

Tahapan-tahapan ini menunjukan bahwa tingkat sampai tingkat behavior (prilaku).

3. efek behavioral


efek behavioral mengacu pada prilaku khalayak, pada tindakan dan gerakan yang tampak pada kehidupan sehari-hari meliputi pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku.
Joseph R. Dominick dalam ulasannya terhadap studi-studi efek, menunjukan ada tiga wilayah prososial yang memperoleh banyak perhatianpenelitian, yaitu:
1. Efek terapik (Therapeutic Effect)
2. Pengembangan kendali diri
3. Kerjasama, membagi, dan membantu
 
C. MEDIA SEBAGAI AGEN SOSIALISASI
Untuk membentuk sikap persepsi, kepercayaan, dan nilai dalam khalayak (terutama anak dan remaja) tentu saja mudah. Namun, berbagai studi menunjukan bahwa media dapat secara kuat berpengaruh terhadap studipembentukan hal-hal tersebut, seandainya ada sejumlah factor beroprasi, seperti berikut ini.
1. Gagasan, orang atau prilaku sama muncul secara konsisten dari program dan disajikan dalam cara yang stereotipikal.
2. Khalayak tersebut terekspos secara berat pada isi media.
3. Kahalayak tersebut memiliki interaksi terbatas dengan orang tua atau agen-agen sosialisasi lainnya dan tak memiliki rangkaian kepercayaan alternative yang berfungsi sebagai standar yang dapat di gunakan untuk menilai kebenaran isi media tersebut. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar