Senin, 03 Desember 2012

Atraksi Interpersonal dan Hubungan Interpersonal



Atraksi Interpersonal


          Atraksi berasal dari bahasa latin “attrahere (att: menuju) dan “trahere”: menarik. Jadi, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan daya tarik seseorang. Atraksi berkaitan dengan daya tarik dalam komunikasi yang dapat mendasari hubungan interpersonal.

Adapun proses umum dari Atraksi Interpersonal yaitu :

A. Afiliasi

Kecendrungan untuk berhubungan dengan jenisnya sendiuri itulah yang disebut dengan afiliasi. Dorongan untuk afiliasi (berteman, bergabung dengan orang lain) itu sendiri disebabkan oleh faktor biologis, yaitu bahwa manusia memang tergolong jenis yang membutuhkan kawan (Wright, 1986) sebagaimana juga halnya dengan jenis hewan primata lainya seperti simpanse dan kera (De Waal, 1989). Namun, berbeda dari hewan primata, dorongan bertemu pada manusia disebabkan juganoleh faktor lainsehingga terdapat perbedaan antarindividu dalam hal yang satu ini (Sarwono, 1997).

Berikut adalah alasan-alasan mengapa manusia berafiliasi dan variasi-variasi dalam afiliasi.

1. Alasan-alasan untuk berafiliasi

a. Alasan utama kita berafiliasi adalah untuk mendapatkan imbalan sosial (social rewards).
b. Alasan lainnya mengapa seseorang melakukan afiliasi adalah untuk mengurangi rasa takut.
c. Untuk mendukung sesuatu hal yang kita percayai, kita membandingkannya dengan oranglain agar mendapatkan validasi. Itulah pembandingan sosial, salah satu alasan yang kuat untuk melakukan afiliasi.

2. Variasi-variasi dalam afiliasi

a. urutan kelahiran
b. informasi
c. attachement

B. Daya tarik (atraksi)

Afiliasi menyediakan imbalan sosial, tetapi kebanyakan kita membentuk pilihan untuk bersama dengan individu dengan spesifikasi tertentu. Pilihan tersebut bagi hubungan sosial mengindikasikan adanya daya tarik (atraksi interpersonal), bukan hanya keinginan untuk afiliasi.

1. Model-model daya tarik
a. model imbalan human
Menurut George Homans, manusia lebih tertarik pada hal yang menjanjikan dalam hubungannya, yaitu imbalan atau keuntungan atau lebih besar imbalan daripada  pengorbanan. Selama dalam interaksi tersebut kita yakin bahwa imbalan yang akan didapat melebihi pengorbanan maka kita akan merasa lebih tertarik dengan orang tersebut.
b. hukum ketertarikan Byrne
Don Byrne mengembangkan model serupa dengan prinsip imbalan Homans. Menurut Hukum Ketertarikan Byrne, semakin kuat usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapat imbalan dari seseorang maka kita akan merasa semakin tertarik. Dengan menekankan pada pengusahaan dibanding imbalan secara tertentu, model ini mengkarakteristikan ketertarikan sebagai suatu proses.
c. model tahapan Mursteins
Model atraksi Bernard Murstein (disebut sebagai model 3 tahapan: stimulus, nilai, dan peran) mengatakan tidak.
Model Atraksi Bernard Murstein mengatakan tidak semua faktor sama pentingnya untuk daya tarik pada tahap awal. Menurutnya, elemen yang berbeda penting untuk tahapan yang berbeda pula dalam atraksi interpersonal.

3 tahapan yang dimaksud adalah:
1. Pada tahap stlimulus, kontak pertama dengan orang lain lebih menekankan pada hal-hal yang eksternal sebagai hal yang penting.
2. Pada tahap kedua dalam interaksi adalah tahap nilai; disini anda akan mengetahui apakah sikap dan nilai yang anda miliki sama dengannya, seperti agama atau gagasan politik.
3. Terakhir, tahapan peran. Hal yang penting adalah apakah anda dan dia dapat membangun peran yang kompatibel, saling mengisi, yaitu suatu cara untuk berhubungan satu sama lain.

2. Faktor-faktor yang empengaruhi atraksi interpersonal

a. factor personal
1) Kesamaan karakteristik personal
2) Tekanan emosional
3) Harga diri yang rendah
4) Isolisasi social
b. factor situasional
 1) Daya tarik fisik (physical attractiveness)
2) Ganjaran (reward)
3) Familiarity
4) Kedekatan (proximity) dan closeness
5) Kemampuan (competence)

C. Atraksi interpersonal dan Komunitas

Pentingnya daya tarik dalam komunikasi juga dilandasi oleh adanya efek timbal balik dalam ketertarikan. Kita menjadi tertarik pada seseorang yang tertarik kepada kita. Singkatnya, jika seseorang menyukai kita maka kita balik menyukainya.
Orang yang memiliki daya tarik bagi orang lain akan lebih dapat mempengaruhi pendapat dan sikap seseorang. Oleh karena itu, penilaian dan penafsiran akan sesuatu juga dipengaruhi oleh sejauh mana daya tarik orang tersebut bagi kita.
Daya tarik juga besar pengaruhnya pada suasana komunikasi yang berkembang. Pada gilirannya ini akan membuat komunikasi menjadi lebih efektif. Jika saling menyukainya, orang akan mengembangkan komunikasi yang efektif. Anda akan merasa nyaman dan senang berada diantara orang-orang yang anda sukai. Sebaliknya, anda akan tegang dan resah berada diantara orang-orang yang tidak anda sukai.  
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan (baik verbal maun nonverbal) secara timbal-balik terjadi. Melalui proses pengolahan pesan secara timbal-balik ini-yang dinamakan komunikasi interpersona-maka sebuah hubungan tumbuh, berkembang, dan melemah.
Ketika sebuah hubungan interpersonal tumbuh,muncul pula sebuah kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara para partisipan (individu) yang terliba. Aturan ini disepakati bersama dan mewarnai bentuk hubungan yang terjadi. Jika salah satu pihak tidak lagi mematuhi peraturan bersama itu, sebuah hubungan mungkin bisa putus.

A. Jenis hubungan interpersonal
1. Berdasarkan Jumlah Individu yang Terlibat: Hubungan Diad dan Hubungan Triad
Hubungan diad adalah hubungan antara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. Sebagai manusia, kontak pertama kita dengan orang lain juga diadik. Hingga berumur sekitar 6 tahun, kita baru bisa melakukan kontak dengan beberapa orang pada saat yang bersamaan. Ketika kita makin dewasa, kita akan terlibat pada beberapa hubungan yang berbeda.
Wiliam Wilmot mencatat beberapa ciri khas hubungan diad.
a. Setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus.
Fungsi yang berusaha dipenuhi oleh hubungan diadik guru-murid berbeda dengan hubungan suami-istri, dan keduanya berbeda dengan hubungan dokter-pasien atau direktur-karyawan.
b.  Individu dalam hubungan diad menampilkan “wajah” yang berbeda dengan hubungan diad lainnya. Individu yang sama terlibat dalam hubungan guru-murid dan hubungan suami-istri akan berbeda. Sebagai guru dalam hubungan guru-murid ia tidak akan sama dengan tindakannya sebagai istri dalam hubungan suami-istri. Dengan demikian, individu akan selalu tampak berbeda dalam setiap hubungan yang dikembangkannya.
c. Pada hubungan diad berkembang pola komunikasi yang unik/khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan-hubungan diad lainnya. Suami-istri, misalnya memiliki “kode-kode” tersendiri yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.

Hubungan triad adalah hubungan antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan diad, hubungan triad : (a) lebih kompleks, (b) tingkat keintiman/kedekatan antarindividu lebih rendah, dan (c) keputusan yang diambil berdasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).
2. Berdasarkan Tujuan yang Ingin Dicapai: Hubungan Tugas dan Hubungan Sosial
Sebuah hubungan dapat terbentuk karen tujuan meyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Hubungan seperti ini dinamakan hubungan tugas (task relationship).
Sebuah hubungan juga dapat terbentuk tanpa adanya tujuan untuk menyelesaikan sesuatu; hubungan terbentuk secara personal atau sosial. Hubungan inin dinamakan hubungan sosial (social relationship).
3. Berdasarkan Jangka Waktu: Hubungan Jangka Pendek atau Hubungan Jangka Panjang 
Hubungan jangka pendek adalah hubungan yang sementara sifatnya, hanya berlangsung sebentar. Misalnya, hubungan yang tercipta dengan teman yang kita temui di koridor kampus. Sebaliknya hubungan jangka panjang berlangsung lama. Makin lama suatu hubungan, makin banyak investasi yang kita tanam di dalamnya (misalnya emosi atau perasaan, materi, waktu, komitmen). Dan karena investasi yang kita tanam itu banyak. Makin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan Tingkat Kedalaman atau Keintiman: Hubungan Biasa dan Hubungan Akrab/Intim
Hubungan ini misalnya dapat dilihat pada dua ekstrem: hubungan antara kenalan biasa di satu ekstrem dan hubungan suami-istri di titik ekstrem lainnya. Hubungan kenalan biasa sama sekali tidak dalam atau intim. Pola-pola komunikasi yang berkembang bersifat impersonal dan ritual. Hubungan akrab atau intim bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal bersifat pribadi.
B. Perkembangan hubungan interpersonal
Menurut Ruben, tahap-tahap suatu hubungan interpersonal, meliputi berikut ini:
1. Inisiasi
2. Eksplorasi
3. Intensifikasi
4. Formalisasi
5. Redefinisi
6. Deteriorasi
Mark Knapp menyebutkan bahwa hubungan interpersonal berkembang dalam lima tahap :
a. Inisiasi : suatu tahap awal yang dicirikan oleh sedikit pembicaraan
b. Eksperimen : suatu tahap dimana para individu mulai mencari informasi lebih banyak tentang individu lain.
c. Intensifikasi : sam dengan tahap intensifikasi Ruben.
d. Integrasi : tahap yang menumbuhkan perasaan bersama ; individu merasa sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda.
e. Pertalian/Ikatan : suatu tahap dimana individu secara formal meneguhkan hubungan mereka.

Jalaluddin meringkas perkembangan hubungan interpersonal dalam tiga tahap :
1. Pembentukan hubungan interpersonal
2. Peneguhan hubungan interpersonal
3. Pemutusan hubungan interpersonal
C. Pola-pola relasional
Ruben menyebutkan ada empat pola relasional:
1. Suportif dan Defensif
Sikap Suportif:
a. Deskripsi : tidak melakukan penilaian terhadap oranglain.
b. Orientasi masalah : mengajak orang lain untuk bersama-sama menetapkan tujuan dan merancang bagaimana mencapainya, tanpa mengarahkan orang lain.
c. Spontan : tidak melakukan strategi atau bertaktik.
d. Empati : menempatkan diri pada orang lain dengan pandangan oranglain itu.
e. Persamaan : memandang orang lain setara.
f. Provisionalisme : kesediaan untuk selalu meninjau kembali pendapat kita, tidak dogmatis.

Sikap Defensif:
Evaluasi : menilai perilaku orang lain.
Kontrol : mengontrol atau mengarahkan/ mengatir orang lain.
Strategi : merencanakan teknik atau berstrategi dalam berhubungan dengan orang lain.
Netralitas : menjauhkan diri dari perasaan atau perhatian orang lain.
Superioritas : merasa lebih berharga atau lebih tinggi dari orang lain.
Certainty : bertindak atas pengetahuan, keyakinan, dan persepsi sendiri tanpa mau mengubahnya.
2. Tergantung (Dependen) dan Tidak Bergantung (Independen)
3. Progresif dan Regresif
4. Self- Fulfilling dan Self-Defeating Prophecie
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Hubungan Inter-Personal
Menurut Ruben, terbentuknya pola-pola komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat Hubungan Konteks
2. Kebutuhan Interpersona dan Gaya Komunikasi
3. Kekuasaan
4. Konflik
Sementara itu, menurut Jalaluddin Rakhmad, ada tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal, yaitu:
1. Percaya (Trust)
2. Sikap suportif
3. Sikap terbuka



Sabtu, 01 Desember 2012

SIKAP DAN PERILAKU



PENGERTIAN SIKAP



 Sikap (attitude) merupakan salah satu pokok bahasan yang penting dalam psikologi sosial, para pakar tidak selalu sepakat tentang difisinya. Sarwono (1997) mengemukakan beberapa pengertian sikap.

 Attitude is a favourable or unfavourable evaluative reaction toward somethingor someone, exhibited in one’s belief,fellings or ontended behavior (meyers,1996).
An attitude is a disposition to responds favourably or unfavourably to an object, person, institution or event (azjeen, 1988).
Attitude is a pychological tendency that is expressed by evaluating a perticular entity with some degree of favor or disfavor (eagly & chaiken,1992).

Sikap dapat didefinisikan sebagai posisi yang di ambil dan dihayati seseorang terhadap benda,masalah atau lembaga . Beberapa sikap bersifat abstrak, misalnya sikap terhadap demokrasi. Sikap-sikap lain dapat bersifat impersonal, misalnya sikap terhadap ganja itu jelek. Akan tetapi sikap yang paling penting adalah sikap terhadap orang lain (Soekaji, Sutarlinah, 1986).

Menurut weber, sikap adalah sebuah reaksi evaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) terhadap orang, peristiwa atau aspek lain dalam lingkungannya. Sebgai suatu  evaluasi dari hal yang telah di alami, sikap merupakan posisi yang tidak netral. Sikap itu pun bervariasi dari segi intensitasnya, bisa rendah sedang atau banyak.

Dari berbagai definisi tampak bahwa ciri khas dari sikap adalah sbg berikut.:
1. Mempunyai objek tertentu(orang,perilaku,konsep,situasi,dan benda)
2. Mengandung penilaian (setuju atau tidak setuju,suka atau tidak suka) (Sarwono,S. 1997)

Untuk membedakan sikap dari sifat marilah kita lihat perbedaan yang di buat oleh ajzen (termuat dalam Sarwono,S 1997) berikut ini:

Sikap (attitude)
Sifat ( traid )
Laten
Tidak tampak dari luar
Mengarahkan perilaku
Mengarahkan perilaku
Ada unsur penilaian terhadap objek sikap
Tidak selalu menilai, cenderung konsisten pada berbagai situasi, tidak tergantung penilaian sesaat
Lebih bias merubah/menyesuaikan
Menolak perubahan

Sikap dapat dijelaskan melalui model-model berikut ini :
1. Model satu dimensi ( One-Dimensional Model )
Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam menjelaskan sikap secara langsung,dalam arti suka atau tidak suka terhadap objek tertentu.

2. Model tiga komponen (Three-Componen Model )
Model ini lebih berkembang daripada model pertama. Model ini menjelaskan sikap dalam jangkauan yang lebih luas berdasarkan pengalaman psikologi. Disini dijelaskan, sikap menyangkut 3 dimensi, yaitu :
1. pengalaman kognitif (seperti kepercayaan)
2. pengalaman efektif (emosi)
3. perilaku (pilihan dan tindakan)

ASPEK-ASPEK SIKAP
Para ahli psikologi social menyatakan bahwa sikap terdiri dari tiga bagian:
1. kognitif
2. afektif
3. konatif

PENGUKURAN SIKAP
1. Skala thustone
L.L THUSTONE (1887-1955) mengembangkan pendekatan statistic pertama dalam mengukur sikap. Dalam skala ini seorang peneliti mengembangkan serangkaian pernyataan tentang sikap objek. Setiap penrnyataan kemudian disusun kedalam urutan secara numeric menurut skala positif negative.

2. Skala likert
Skala ini lebih sering digunakan daripada skala Thustone di atas. Rensis Likert (1903-1981) mengembangkan beberapa sikap.

3. Skala Semantic Differential
Tehnik pengukuran sikap ini datang dari Osgood,suci, dan Tannenbaum(1957). Sebagaimana di jelaskan Sarwono.S(1997), dasar teorinya adalah bahwa sikap orang terhadap suatu objek dapat di ketahui  jika kita mengetahui konotasi(arti psikologi) dari kata yang melambangkan objek sikap itu.

PEMBENTUKAN SIKAP
1. Pendekatan belajar (learning approaches)
a. Asosiasi
1) Classical Conditioning
Belajar untuk membuat respons yang sama pada stimulasi yang diasosiasikan pada stimulus sebelumnya itulah yang di sebut sebagai classical conditioning.
2) More Exposure
Pembentukan sikap yang paling jelas dapat di bentuk lewat pengalaman yang berulang-ulang dengan objek sikap, seperti manusia atau tampilan lingkungan yang sering kali di temui. Menurut psikolog Robert Zajonc, terpaan yang berulang-ulang itu biasanya akan menghasilkan perasaan positif.

b. Peneguhan(reinforcement)
1. pengaruh keluarga
2. kelompok bermain dan kelompok acuan


2. Pendekatan Konsistensi Kognitif ( Cognitive Consistency )
Hubungan inkonsisten antara kognisi di beri nama berbeda-beda oleh para ahli.
a. Fritz Heider menamakan “ketidakseimbangan kognitif” (cognitive imbalance)
b. Newcomb menamakannya “asimetri” (Asymetry)
c. Osgood & Tannaenbaum menamakan “ ketidakselarasan” (ingongruence)
d. Festinger menamakannya “disonansi” (dissonance) hanya dapat digunakan dalm situasi-situasi tertentu). Oleh karenanya, disini yang akan di jelaskan adalah teori Fritz Heider, Newcomb, dan Festinger.


a. Teori keseimbangan atau teori P-O-X
Teoro Fritz adalah teori pertama dalam bidang ini sehingga banyak dijadikan dasar oleh teori lainnya.Menurut teori ini , elemen kognisi seperti sikap akan seimbnag saat sesuai satu sama lain.teori ini berpangkal pada perasaan (P) terhadap orang lain (O) dan hal lain (X) yang ada kaitannya dengan O.X dalam hal ini tidak hanya berupa benda mati,tetapi bisa berupa org lain. Ketiganya (P,O,dan X) membentuk suatu kesatuan. Jika unit itu mempunyai sikap yang samadi semua seginya, maka timbullah keadaan yang seimbang. Akan tetapi bila unit itu mempunyai segi-segi yang tidak bisa berjalan bersama-sama maka terjadilah ketegangan (tension) dan timbul tekanan yg mendorong untuk mengubah organisasi kognitif hingga tercapai keadaan seimbnag (balance)

b. Teori A-B-X dari Newcomb
Menurut Newcomb, ada hokum-hukum yang mengatur hubungan keprcayaan dan sikap yang ada pada seseorang. Beberapa kombinasi kepercayaan dan sikap itu ada yang tidak stabil yang mendorong orang yg bersangkutan untuk menuju ke situasi yang lebih stabil. Sampai disini teori Newcomb tidak berbeda denganteori Heider. Namaun newcomb menambahkan factor komunikasi antarindividu dan hubungan-hubungan dalam kelompok. Komunikasilah yang memungkinkan orang untuk saling berorientasi kepada suatu objek tertentu. Dalam teori ini dikenal istilah tindak komunikatif , yaitu pemindahan informasi dari sumberke penerima. Infomasi terdiri dari rangsang-rangsang yang di asosiasikan dengan benda,keadaan, sifat atau peristiwa yg memungkinkan seseorang membedakannya dr hal-hal lain. Tindakan komunikatif yang paling sederhana adalah seorang (A) menyampaikan informasi kepada si (B) tentang sesuatu (X).

Konsep lainnya adalah orientasi,yaitu kebiasaan seseorang untuk selalu mengkaitkan diri sendiri dengan orang lain atau objek disekitarnya. Orientasi ini dapat disamakan artinya dengan “sikap”. Namun Newcomb membedakan dua macam orientasi,yaitu atraksi (attraction) dan sikap (attitude) itu sendiri.
Atraksi adalah orientasi terhadap orang lain sedangkan sikap adalh orientasi terhadap objek. Menurut newcopmb, ada dua macam system orientasi , yaitu sebagai berikut,
a) Sitem individual ( dalam diri sendiri )
b) System kelompok ( menyangkut hubungan antar individu )

Dalam kedua system tersebut minimal diperlukan komponen-komponen berikut.
1. Sikap A terhadap X
2. Atraksi A terhadap B
3. Sikap B terhadap X
4. Atraksi B terhadap A

Newcomb membedakan dua macam sikap, yaitu menyukai(Favourable) dan tidak menyukai (unfaurable).Hal yang sama berlaku untuk atraksi. Jika sikap / atraksi dari b sama. Terjadilah keadaan simetris.

c. Terori disonansi kognitif (dissonance cognitive theory) dari Leon Festinger
Teori ini dikembangkan oleh Leon Festinger dan merupakan teori konsistensi yang dimiliki seseorang. Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsistensi yang dimiliki seseorang. Teori ini banyak melihat hubungan yang tidak konsisten antara sikap dengan perilaku. Disonansi merupakan suatu pengalaman yang kurang menyenangkan yang timbul dari ketidakserasian ( disharmony) antar aelemen-elemen kognitif seperti sikap.

Menurut festinger, disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber ( Sarwono,1991)
A. Inkosistensi logis.Contohnya keyakinan bahwa air membeku pada 0 c,secara logis tidak konsistendengan keyakinan bahawa es balok tidak akan mencair pada suhu 40 c
B. Nilai-nilai budaya. Kebudayaan sering kali menentukan apa disonan dan apa yg konsonan.contohnya, makan dengan tangan di pesta resmi eropamenimbulkan disonansi,dan makan dengan tangan di warteg di Jakarta adalah yg konsonan.
C. Pendapat umum. Disonansi dapat terjadi karna suatu pendapat di anut orang banyak dipaksakan kepada pendapat perorangan.
D. Pengalaman masa lalu. Contohnya, berdiri di hujan, tetapi tidak basah. Keadaan ini dosinan karena tidak sesuai pengalaman masalalu.

3. Pendekatan Motivasional
Menurut weber, pendekatan motivasional(disebut juga pendekatan intensif) mengasumsikan bahwa individu menilai untung rugi dalam membuat respons tertentu, termasuk memelihara dan mengespresikan sikap tertentu, termasuk memeliharadan mengekspresikan sikap tertentu.

a. Evaluation models
Model ini melihat pembentukn sikap sebagai suatu hal yang di motivasi oleh keinginanuntuk memaksimalkan hal yang positif. Satu model melihat kepentingan evaluasi yang sebjektif tentang sikap objek dan yang lain menekankan pada nilai yang diharapkan. Termasuk dalam model ini adalah teori respons kognitif dan teori Expectancy Value.

b. Elaboration versus Hersus Heuristic Processing.
Pembentukan sikap bisa juga di bentuk dari pentingnya objek sikap dan keadaan dimana opini seseorang terbentuk.beberapa ilmuan membedakan antara pembentukan sikap sebagai hasil elaborasi atau proses kognitifyang sistematis dengan mereka yang memperolehnya sbagai hasil dari proses perifal atau heuristic.

KETERKAITAN SIKAP DAN PERILAKU
sikap terdiri dari tiga domain yakni ABC (A=affective, perasaan, b= behavior,perilaku C= cognitive, kesadaran).

A. KESESUAIAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU
Menurut Triandis(1982), ketidaksesuaian antara perilku dan sikap disebabkan karena 40faktor (selain sikap) yang terpisah-pisahyang mempengaruhi perilaku. Temuan ini tidaklah baru karena adanya ketidaksesuaiian antara sikap dan perilaku sudah diketahui para pakar sejak lama.

B. SIKAP SESUAI DENGAN PERILAKU
1. perilakuyang spesifik
2. potensi sikap
3. penonjolan sikap

C. PERILAKU DAPAT MEMPENGARUHI SIKAP
Metode foot-in-the door Effect Salah satu metode terkenal bagaimana perilaku dapat mempengaruhi sikap adalah yang di kenal sebagai The foot-in-the door Effect. Studi tentang pengaruh interpersonal telah menjelaskan bahwa manusia lebih cenderung untuk menyetujui atau menerima permintaan yang besar jika sebelumnya mereka telah setuju pada permintaanyang besar jika sebelumnya mereka telah setuju pada permintaan yang lebih kecil dan berhubungan. Kecenderungan ini , the foot-in-the door Effect , terjadi karena kesepakatan pertama (perilaku) berujung pada pembentukan sikap yang lebih bisa di terima, yang nantinya meningkatkan kesesuaian dengan permintaan kedua.

Metode The Low-ball Technique Salah satu turunan teknik the foot in the door adalah the low ball technique(tehnik bola pendek). Tehnik ini merupakan salah satu strategi persuasive yang sering digunakan seorang penjual. Tehnik ini sering di pakai oleh para dealermobil.

Tiga pendekatan sikap menurut myers (sebagaimana dijelaskan sarwono, 1997)
1. Teori pernyataan diri( self presentation theory )
2. Disonansi kognitif
3. Persepsi diri

KOMUNIKASI PERSUASIF
komponen komunikasi persuasive yang mempengaruhi sikap:
1. SUMBER
a. kreadibilitas
b. daya tarik

Terdapat tiga macam daya tarik yang membuat seseorang cenderung disukai dan lebih persuasive, yaitu sebagai berikut.:
a. Penampilan fisik
b. Power ( kekuasaan)
c. Kesamaan dengan penerima pesan
2. PESAN
a. posisi
1) Penerimaan dan penolakan.
2) Kredibilitas dan perbedaan (credibility and Discrepancy).

b. isi pesan
1) kesederhadaan
2) daya tarik emosional
3) kepentingan pribadi
4) penyajian

Ada beberapa dampak dari penyajian pesan, yaitu sebagai berikut.:
a) Primacy and recency effect
b) The Sleeper Effect
c) Keseimbangan.

c. channel/saluran
1. media massa
2. kontak personal
3. two step communication (komunikasi dua tahap).

3. AUDIENCE
a. attention (perhatian)
b. karaktersitik personal
Beberapa hal dari karakteristik pribadi yang mempengaruhi individu dalam menerima pesan, yaitu sebagai berikut:
-          Umur
-          Kebutuhan

4. EFEK SITUASIONAL
a. proses yang mempengaruhi sikap
1. Messege density (kerapatan pesan)
2. Repetisi (penglangan)
3. Distraction(gangguan /pengalihperhatian)
b. teori-teori perubahan sikap
1. The elaboration-likelihood model
- Sentral processing(pemrosesan pada hal inti atau pusat)
- Peripheral processing (pemrosessan pada hal pinggir)
2. Self-justification
- dissonance reduction
­- the power of commitment
1. behavior lead to attitude (perilaku menuntun pada sikap)
2. indocements(dorongan atau pancingan)